RJP

Resusitasi Jantung Paru (RJP) harus dimulai sesegera mungkin. Pada orang dewasa dikenal 2 rasio, yaitu:
  • (15:2) per siklus = 15 kali pompa dada, 2 kali tiupan mulut
  • (5:1) per siklus = 5 kali pompa 1 kali tiupan

Sebelum melakukan RJP pada penderita, penolong harus :

1. Menentukan tidak adanya respon.
2. Menentukan ada tidaknnya pernapasan
3. Menentukan ada tidaknya denyut nadi.

Setelah membuka jalan napas, tentukan fungsi pernapasan dengan teknik; lihat, dengar dan rasakan selama 3 – 5 detik.

Untuk menentukan ada tidaknya denyut nadi, harus dilakukan perabaan pada tempat nadi karotis (dewasa dan anak). Jika denyut nadi karotis teraba, maka jangan lakukan pijatan jantung luar. Tetapi jika nadi karotis tidak teraba segera lakukan RJP.

RJP

Kesalahan Akibat
  1. Penderita tidak berbaring pada bidang keras 
  2. Penderita tidak horizontal
  3. Tekan dahi angkat dagu kurang baik
  4. Kebocoran saat malakukan napas buatan
  5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan
  6. Letak tangan kurang tepat
  7. Tekanan terlalu dalam atau terlalu cepat
  8. Rasio RJP dan pernapasan buatan tidak baik
  1. RJP kurang efektif
  2. Bila kepala penderita lebih tinggi maka jumlah darah yang ke otak berkurang.
  3. Jalan napas terganggu
  4. Pernapasan buatan tidak efektif
  5. Pernapasan buatan tidak efektif
  6. Patah tulang, lika dalam paru-paru.
  7. Jumlah darah yang dialirkan kurang 
  8. Osigenasi darah kurang

RJP yang baik bukan jaminan penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada penderita.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP :
1. Patah tulang dada dan tulang iga.
2. Bocornya paru-paru (Pnemotoraks).
3. Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada (Hemotoraks).
4. Luka dan memar pada paru-paru.
5. Robekan pada hati

RJP pada anak  dan bayi
Anak (1-8 tahun) dan bayi (0-1 tahun) memerlukan sedikit perbedaan dalam pertolongan. Pemeriksaan nadi pada bayi dilakukan pada nadi brakial (nadi lengan atas).

Jika memungkinkan, RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah datang.

Melakukan Kejut Jantung dengan Alat Kejut Jantung Otomatis (AED)


Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan kejutan listrik pada korban.


Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung otomatis akan menganalisis irama jantung korban.


Jika alat mengidentifikasi irama jantung yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung (untuk mengembalikan irama kelistrikan jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat.


Lanjutkan penekanan dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula.

Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :
1. Penderita pulih kembali
2. Penolong kelelahan.
3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
4. Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.

<<< Kembali ke BAB IV

Lanjutkan ke Daftar Isi >>>